Rabu, 23 Januari 2008

Memetik Manfaat Susu Sapi

SAPI perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di negara-negara maju, sapi perah dipelihara dalam populasi yang tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain.

Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan definisi susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat. Susu murni diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain.

Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia.

Sejarah manusia mengonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, ketika manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk dikonsumsi hasilnya. Daerah yang memiliki peradaban tinggi seperti Mesopotamia, Mesir, India, dan Yunani diduga sebagai daerah asal manusia pertama kali memelihara sapi perah.

Hal tersebut ditunjukkan dari berbagai bukti berupa sisa-sisa pahatan gambar sapi dan adanya kepercayaan masyarakat setempat yang menganggap sapi sebagai ternak suci. Pada saat itu pula susu telah diolah menjadi berbagai produk seperti mentega dan keju. Ketersediaan susu di zaman modern ini merupakan hasil perpaduan antara pengetahuan tentang susu yang telah berusia ribuan tahun dengan aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan modern.

Prof. Douglas Goff, seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi.

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu), dan laktosa (karbohidrat susu).

Lemak susu

Persentase lemak susu bervariasi antara 2,4% - 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan-ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil (carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu adalah asam butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid) yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid flavour) pada susu ketika asam butirat ini dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.

Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak (fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 - 15 mikron. Butiran lemak tersusun atas butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Komponen utama dalam FGM adalah protein dan fosfolipid (phospholipid). FGM salah satunya berfungsi sebagai stabilisator butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer (aqueous) dari susu, karena susu sapi mengandung air sekira 87%.

Lemak susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang sanggup mencegah kanker (anticancer potential), termasuk asam linoleat konjugasi (conjugated linoleic acid), sphingomyelin, asam butirat, lipid eter (ether lipids), b-karoten, vitamin A, dan vitamin D. Meskipun susu mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids) dan trans fatty acids yang dihubungkan dengan atherosklerosis dan penyakit jantung, namun susu juga mengandung asam oleat (oleic acid) yang memiliki korelasi negatif dengan penyakit tersebut. Lemak susu mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (linoleic acid) dan linolenat (linolenic acid) yang memiliki bermacam-macam fungsi dalam metabolisme dan mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia pada manusia (D. Mc Donagh dkk., 1999).

Protein susu

Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa.

Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah bahan makanan penting, karena mengandung kasein yang merupakan protein berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan.

Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil, perekat, dan kosmetik.

Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa dalam susu disebut whey protein.

Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu.

Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu (milk protein allergy).

Karbohidrat susu

Karbohirat merupakan zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dapat dikelompokan berdasarkan jumlah molekul gula-gula sederhana (simple sugars) dalam karbohidrat tersebut. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida merupakan beberapa kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa.

Laktosa dapat memengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih. Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase agar dapat diserap usus.

Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Enzim adalah suatu zat yang bekerja sebagai katalis untuk melakukan perubahan kimiawi, tanpa diikuti perubahan enzim itu sendiri. Jika kekurangan enzim laktase dalam tubuhnya, manusia akan mengalami gangguan pencernaan pada saat mengonsumsi susu. Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan memengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat memasuki usus. Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa.

Pada saat bayi, manusia memproduksi sejumlah banyak enzim laktase untuk mencerna susu. Namun, enzim laktase ini biasanya berkurang pada saat dewasa yang pada akhirnya menyebabkan manusia tersebut tidak mampu mencerna laktosa. Kejadian ini biasanya terjadi pada seseorang yang tidak terbiasa mengonsumsi susu segar sebagai bagian dari menu makanan sehari-hari. Akibatnya pada saat dewasa tidak memiliki kekebalan terhadap laktosa, sehingga orang tersebut akan takut mengonsumsi susu segar. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara mengubah susu menjadi produk lain seperti yoghurt. Pada yoghurt, laktosa dipecah menjadi lebih sederhana dengan bantuan bakteri. Intoleransi laktosa disebabkan pula pengaruh genetik.***

M. Ikhsan Shiddieqy, Mahasiswa Departemen Produksi Ternak Fakultas Peternakan Unpad.

Artikel Iptek

RNA interference, Membungkam Gen dari Bunga sampai ke Cacing
Penganugerahan Nobel tahun 2006 mencantumkan dua nama ilmuwan berusia relatif muda (41 dan 42 tahun) dari Amerika Serikat yaitu Andrew Z. Fire (Stanford University) dan Craig C. Mello (University of Massachusetts) sebagai penerima penghargaan di bidang Fisiologi dan Kedokteran. Penghargaan ini mereka peroleh atas penemuan mereka berjudul 'RNA interferens, membungkam gen dengan RNA berutas ganda' (RNA interference, gene silencing by double-stranded RNA). Penemuan ini sempat dipublikasikan pada jurnal bergengsi 'Nature' pada tahun 1998 (1).

Penganugerahan ini mendapat tanggapan berupa sebuah surat korespondensi dalam jurnal yang sama dengan judul 'Nobel RNAi mengabaikan pekerjaan dasar vital pada tumbuhan' (RNAi Nobel ignores vital groundwork on plants) pada akhir bulan November 2006 lalu (2). Topik dan isi korespondensi tersebut jelas mengisyaratkan adanya kekecewaan kelompok ilmuwan biologi molekuler pada tumbuhan yang telah terlebih dahulu menemukan efek RNA berutas ganda (double-stranded DNA (dsRNA)) pada penghambatan ekspresi gen pada tumbuhan, yang kemudian mengantarkan aplikasi RNAi, sebagai istilah generik mekanisme ini, pada hewan dan serangga oleh ilmuwan biologi molekuler lainnya, termasuk oleh Fire dan Mello beserta kolega-koleganya yang memfokuskan pada cacing Caenorhabditis elegans.

Hal tersebut memang dapat dibuktikan kebenarannya, sehubungan salah satu referensi dalam publikasi Fire dan Mello beserta kolega-koleganya tersebut, mencantumkan publikasi dari jurnal bergengsi lain yaitu 'Science' tahun 1997 tentang membungkam gen (gene silencing) pada tumbuhan (3). Publikasi tersebut menunjukkan teknik pembungkaman gen pada tumbuhan dalam mekanisme pertahanan terhadap virus, dan jelas menggambarkan penelitian pembungkaman gen pada tumbuhan selangkah lebih dahulu dibandingkan penelitian pembungkaman gen pada hewan dengan model pada cacing C. elegans yang digunakan oleh Fire dan Mello beserta kolega-koleganya.

Penghambatan ekspresi gen dengan memasukkan dsRNA ini, sebetulnya ditemukan secara tidak sengaja oleh Napoli dkk (1990) (4) saat bermaksud meningkatkan intensitas warna pada bunga Petunia. Mereka memasukkan dsRNA yang komplementer dengan gen yang berperan dalam biosintesis pigmen warna bunga. Hasil yang mereka peroleh sangat berbeda dengan yang diharapkan, ternyata warna bunga yang diperoleh tidak menjadi ungu tua sebagaimana umumnya warna bunga Petunia, melainkan sebaliknya menjadi berwarna ungu keputih-putihan. Dari penemuan tersebut, kemudian merangsang berbagai kelompok peneliti tumbuhan lainnya dan hewan mencoba mengikutinya dengan tujuan untuk mempelajari efek tertekannya (suppression) ekspresi gen akibat introduksi dsRNA ke dalam sel.

Istilah 'membungkam gen' (gene silencing) sendiri, merupakan istilah yang mulai populer dalam dunia biologi molekuler pada saat Fire dan Mello melakukan penelitiannya. Istilah ini dipakai untuk menjelaskan penghambatan ekspresi gen pasca-transkripsi akibat interfensi masuknya RNA berutas ganda (dsRNA) ke dalam sel makhluk hidup, sebelum akhirnya dikenal istilah generik RNAi. Selain istilah 'gene silencing', referensi lain mengistilahkan teknik ini dengan sebutan 'memukul jatuh gen' (knock out gene).

Terlepas dari kontroversi yang seringkali hadir seputar penganugerahan Nobel, penemuan RNAi ini merupakan penemuan spektakuler di bidang biologi molekuler pada saat ini. Dengan penemuan ini, muncul harapan bahwa RNAi dapat memberikan manfaat dalam bidang kedokteran di masa depan, misalnya untuk penyembuhan penyakit akibat gen-gen mutan, gen-gen letal, maupun penyakit lainnya yang disebabkan oleh virus. Oleh karena itu memang sudah selayaknya mendapatkan penghargaan sekelas nobel.

Mekanisme RNAi dalam membungkam gen

RNAi melibatkan dsRNA yang secara spesifik menginterfensi ekspresi gen komplementer dengan dsRNA tersebut di dalam sel. Pada organisme tingkat tinggi (eukariot), dsRNA yang sengaja dimasukkan atau disuntikkan ke dalam sel, akan mendapat respon dari sel dengan menghadirkan enzim dicer yang merupakan RNA-ase tipe III dan mampu mengidentifikasi dsRNA asing. Kemudian enzim dicer ini akan memotong dsRNA tersebut menjadi berukuran lebih kecil sekitar 20-24 basa nukleotida. Potongan-potongan dsRNA ini kemudian disebut dengan siRNA (small-interfering RNA) berhubung ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dsRNA awal.

siRNA ini kemudian akan teridentifikasi dan ditangkap oleh kompleks multi-protein berisikan ribonuklease (ribonuclease-containing multi-protein complex) atau diistilahkan dengan RISC (RNA-induced silencing complex). RISC ini berfungsi memisahkan rangkaian utas ganda siRNA menjadi utas tunggal. Utas tunggal dari siRNA ini kemudian dibawa oleh RISC, untuk berpasangan dengan mRNA (messenger RNA) yang menjadi target pembungkaman gen, pada sekuens basa nukleotida yang persis sesuai (di mana basa nukleotida urasil (U) akan berpasangan dengan basa nukleotida adenine (A), dan basa nukleotida guanin (G) akan berpasangan dengan basa nukleotida sitosin (C), demikian pula sebaliknya).

Setelah siRNA dibawa oleh RISC berpasangan dengan mRNA target, 'slicer' yang terdapat pada molekul RISC akan memotong mRNA target. Pada hewan, mRNA yang terpotong ini akan teridentifikasi oleh sel sebagai mRNA yang menyimpang atau rusak (aberrant mRNA) dan langsung dihancurkan oleh metabolisme sel, untuk mencegah terjadinya penerjemahan menjadi protein yang tidak lazim. Sedangkan pada tumbuhan, di samping hancur, mRNA menyimpang ini dapat menjadi cetakan (template) yang akan teridentifikasi oleh enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) untuk melakukan polimerisasi dan menjadikan mRNA yang semula berutas tunggal menjadi RNA berutas ganda (dsRNA). Selanjutnya, dsRNA baru ini akan kembali teridentifikasi oleh enzim dicer dan seterusnya berulang-ulang, mengakibatkan semakin banyak mRNA target yang terpotong dan tidak berfungsi lagi.

Gambar 1. Model mekanisme RNAi dari dsRNA yang diintroduksikan ke dalam sel hingga terbentuk dsRNA baru

Mekanisme RNAi ini sebetulnya juga terjadi secara alami, yaitu dengan adanya miRNA (micro RNA) di dalam sel organisme sebagai pengganti dsRNA. miRNA ini merupakan pengkode genome dan mempunyai fungsi dalam regulasi gen. Sekilas miRNA ini mirip dengan dsRNA yaitu berupa sekuens basa nukleotida RNA yang tidak lengkap dan utas ganda terbentuk karena adanya sekuens yang saling berkomplemen di kedua ujung RNA, pada bagian-bagian yang tidak berkomplemen terjadi perputaran yang disebut dengan istilah hairpin.

Mekanisme RNAi ini telah dibuat film animasinya dan film ini dapat diperoleh secara bebas pada website 'Nature' (5). Mekanisme ini cukup bermanfaat pada tumbuhan dan hewan dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh gen-gen mutan, gen-gen letal, maupun penyakit lainnya yang disebabkan oleh virus. Diperkirakan, cukup dengan memasukkan atau menyuntikkan dsRNA yang komplemen dengan gen-gen berbahaya atau DNA/RNA virus, maka gen-gen atau DNA/RNA tersebut akan mengalami tekanan pada tingkat pasca transkripsi dengan adanya degradasi mRNA, sehingga tidak terbentuk protein pengganggu dari keberadaan gen-gen berbahaya ini atau DNA/RNA virus.

Referensi

1. Fire, A., S. Xu, M. K. Montgomery, S. A. Kostas, S. E. Driver and C. C. Mello. 1998. Potent and specific genetic interference by double-stranded RNA in Caenorhabditis elegans. Nature, 391: 806-811.
2. Bots, M., S. Maughan and J. Nieuwlandt. 2006. RNAi Nobel ignores vital groundwork on plant. Nature, 443: 906.
3. Ratcliff, F., B. Harrison and D. Baulcombe. 1997. A similarity between viral defense and gene silencing in plants. Science, 276:1558-1560.
4. Napoli C., C. Lemieux, and R. Jorgensen. 1990. Introduction of a chalcone synthase gene into Petunia results in reversible co-suppression of homologous genes in trans. Plant Cell, 2: 279-289.
5. RNAi Animation Movie: http://www.nature.com/focus/rnai/animations/index.html

Gambar 1. Dapat dilihat secara jelas pada link http://www.beritaiptek.com/images/Tatang_NobelRNAi.bmp

SUSU KEDELAI TIDAK KALAH DENGAN SUSU SAPI

Kalau harga susu sapi membubung tinggi, mungkin susu kedelai bisa jadi pengganti. Sebab mutu proteinnya nyaris sama dengan susu sapi. Dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30% kebutuhan protein sehari

Sejak abad II sebelum Masehi, susu kedelai sudah dibuat di negeri Cina. Dari sana kemudian berkembang ke Jepang dan setelah PD II masuk ke Asia Tenggara. Di Indonesia, perkembangannya sampai saat ini masih ketinggalan dengan Singapura, Malaysia, dan Filipina. Di Malaysia dan Filipina susu kedelai dengan nama dagang "Vitabean" yang telah diperkaya dengan vitamin dan mineral, telah dikembangkan sejak 1952. Di Filipina juga dikenal susu kedelai yang populer dengan nama "Philsoy". Sementara di tanah air baru beberapa tahun terakhir dikenal susu kedelai dalam kemasan kotak karton yang diproduksi oleh beberapa industri minuman.

Gizi susu kedelai
Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi (lihat tabel). Karena itu susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi. Susu ini baik dikonsumsi oleh mereka yang alergi susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi.

Laktosa susu sapi yang lolos ke usus besar akan dicerna oleh jasad renik yang ada di sana. Akibatnya, orang yang tidak toleran terhadap laktosa akan menderita diare tiap kali minum susu sapi. Umumnya, mereka orang dewasa yang tidak minum susu pada waktu masih kecil. Karenanya, penderita kebanyakan berasal dari kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara berkembang.

Untuk balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30% kebutuhan protein sehari. Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino dalam protein susu kedelai kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein. Tetapi, karena kandungan asam amino lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai dapat meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan makanan sereal lainnya.

Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi. Misalnya, protein efisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3, sedangkan PER susu sapi 2,5. PER 2,3 artinya, setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan pada hewan percobaan (tikus putih) sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku. Susu kedelai tidak mengandung vitamin B12 dan kandungan mineralnya terutama kalsium lebih sedikit ketimbang susu sapi. Karena itu dianjurkan penambahan atau fortifikasi mineral dan vitamin pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar.

Dari seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12 - 14% yang dapat digunakan tubuh secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari sukrosa, stakiosa, dan raffinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol, serta tidak dapat dicerna.

Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin B2, B2 niasin, piridoksin, dan golongan vitamin B yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah vitamin E dan K.

Komponen antigizi dan pengganggu
Jika dibuat dengan cara yang tidak baik, susu kedelai masih mengandung senyawa-senyawa antigizi dan senyawa penyebab off-flavor (penyimpan cita rasa dan aroma pada produk olah kedelai) yang berasal dari bahan bakunya, yaitu kedelai. Senyawa-senyawa antigizi itu di antaranya antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung).

Sedangkan senyawa penyebab off-flavor pada kedelai misalnya glukosida, saponin, estrogen, dan senyawa-senyawa penyebab alergi. Dalam pembuatan susu kedelai, senyawa-senyawa itu harus dihilangkan, sehingga menghasilkan susu kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi manusia. Untungnya, proses penghilangan senyawa pengganggu ini tidak sulit.

Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak konsumsi, diperlukan syarat bebas dari bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai kestabilan yang mantap (tidak mengendap atau menggumpal).

Langu memang bau dan rasa khas kedelai dan kacang-kacangan mentah lainnya, dan tidak disukai konsumen. Rasa dan bau itu ditimbulkan oleh kerja enzim lipsigenase yang ada dalam biji kedelai. Enzim itu akan bereaksi dengan lemak pada waktu penggilingan kedelai, terutama jika digunakan air dingin. Hasil reaksinya paling sedikit berupa delapan senyawa volatil (mudah menguap) terutama etil-fenil-keton.

Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipksigenase dengan panas. Cara yang dapat dilakukan antara lain (1) menggunakan air panas (suhu 80 - 100oC) pada penggilingan kedelai, atau (2) merendam kedelai dalam air panas selama 10 - 15 menit sebelum digiling. Agar bebas antitripsin, kedelai direndam dalam air atau larutan NaHCO3 0,5% selama semalam (8 - 12 jam) yang diikuti dengan perendaman dalam air mendidih selama 30 menit.

Dalam susu kedelai terdapat bahan padat yang dapat larut dan tidak dapat larut. Bahan-bahan itu pada mulanya tercampur merata, tetapi jika dibiarkan akan mengendap. Susu kedelai yang mengandung endapan di bagian bawahnya tidak disukai konsumen, meskipun sebenarnya tidak rusak.

Supaya stabil atau tidak terjadi pengendapan, cara berikut ini dapat dilakukan: (1) menambahkan senyawa penstabil misalnya CMC dan Tween 80, (2) menggiling dengan air panas dan penyimpanan sebaiknya pada suhu dingin (kulkas), (3) melakukan homogenisasi untuk mendapatkan butir-butir lemak yang seragam menggunakan alat homogenizer, dan (4) mengatur kadar protein susu kedelai cair sampai kurang dari 7% (jika lebih dari itu protein mudah menggumpal saat susu kedelai dipanaskan), yang dilakukan dengan menambahkan air pada bubur kedelai hasil penggilingan sampai perbandingan air dan kedelai 10 : 1. Kadar protein dalam susu kedelai yang diperoleh dengan rasio ini adalah 3 - 4%.

Cair dan bubuk
Pada prinsipnya terdapat dua bentuk susu kedelai, cair dan bubuk. Bentuk cair lebih banyak dibuat dan diperdagangkan. Susu kedalai dapat disajikan dalam bentuk murni, artinya tanpa penambahan gula dan cita rasa baru. Dapat juga ditambah gula atau flavor seperti moka, pandan, panili, coklat, strawberi, dan lain-lain. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya sekitar 5 - 7% dari berat susu. Untuk meningkatkan selera anak-anak, kandungan gula dapat ditingkatkan menjadi 5 - 15%. Tetapi kadar gula yang dianjurkan adalah 7%. Kadar gula 11% atau lebih menyebabkan cepat kenyang.

Persyaratan mutu untuk susu yang terpenting ialah kadar protein minimal 3%, kadar lemak 3%, kandungan total padatan 10%, dan kandungan bakteri maksimum 300 koloni/gram, serta tidak mengandung bakteri koli.

Susu kedelai cair dapat dibuat dengan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana yang tidak memerlukan keterampilan tinggi, maupun dengan teknologi modern dalam pabrik. Dewasa ini banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat susu kedelai cair dengan hasil yang baik. Beberapa metode yang umum digunakan dalam pembuatan susu kedelai untuk minuman manusia antara lain metode Illinois, metode Pusbangtepa-IPB, dan metode sederhana.

Metode Illinois dikembangkan oleh Nelson dkk. dari Universitas Illinois, AS, pada 1979. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatannya seperti berikut:

  1. Biji kedelai dimasak dengan air panas pada suhu 90 - 100oC selama 15 menit, kemudian dihilangkan kulitnya.
  2. Setelah kulitnya dibuang, kedelai direndam dalam larutan NaCHO3 0,25% selama 30 menit, lalu ditiriskan dan dicuci.
  3. Kedelai digiling dengan air yang cukup sehingga dihasilkan bubur encer, kemudian disaring hingga diperoleh kandungan padatan di dalamnya sebanyak 10%.
  4. Bubur kedelai encer selanjutnya dipanaskan pada suhu 85oC dan dihomogenisasi pada tekanan 1.500 psi.
  5. Susu kedelai kemudian diencerkan dengan air sehingga diperoleh kandungan padatan sebanyak 6%.
  6. Ke dalam susu kedelai ditambahkan gula dan bahan penyedap seperti panili, coklat, pandan, atau moka.
  7. Selanjutnya susu kedelai dihomogenisasi kembali pada tekanan 1.500 psi, dikemas dalam botol atau kaleng, dan disterilisasi. Kemasan yang digunakan dapat pula berupa kotak karton atau tetrapack.

Metode Pusbangtepa-IPB dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Secara garis besar cara pembuatannya seperti ini:

  1. Kedelai dipisahkan dari kotoran dan biji yang rusak, direndam selama 8 jam, kemudian direbus dan dicuci.
  2. Kedelai digiling menggunakan air panas dengan perbandingan air dan kedelai 8 : 1. Hasilnya kemudian disaring.
  3. Ke dalam susu kedelai ditambahkan gula pasir (4 - 5%), esens coklat (0,6 - 1,55), atau panili (0,15) dan garam (0,55%), kemudian dibotolkan dan disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.
  4. Untuk menghilangkan rasa pahit, sebelum disterilisasi dapat ditambahkan natrium fosfat sebanyak 5 g, kalium hidroksida 10 g, dan natrium bisulfit 10 g untuk setiap kilogram kedelai kering yang diolah.

Metode sederhana dapat digunakan untuk skala yang lebih kecil dan peralatan yang lebih sederhana. Cocok bagi skala rumah tangga dan industri kecil. Tahapan pembuatannya sebagai berikut:

  1. Kedelai yang telah disortasi (dipisahkan dari kotoran dan biji rusak) direndam dalam larutan NaHCO3 0,25 - 0,5% selama 15 menit. Perendaman dilakukan pada suhu ruang, dengan perbandingan larutan perendam dan kedelai 3 : 1.
  2. Kedelai ditiriskan dan dididihkan selama 20 menit.
  3. Kedelai digiling dengan penggiling logam, penggiling batu (yang biasa dipakai pada pembuatan tahu), atau blender.
  4. Bubur yang diperoleh ditambah air mendidih sehingga jumlah air secara keseluruhan mencapai 10 kali lipat bobot kedelai kering.
  5. Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan susu kedelai mentah.
  6. Untuk meningkatkan rasa dan penerimaan, ke dalam susu kedelai mentah ditambahkan gula pasir sebanyak 5 - 7% dan flavor seperti coklat, moka, pandan, strawberi secukupnya, kemudian dipanaskan sampai mendidih.
  7. Setelah mendidih, api dikecilkan dan dibiarkan dalam api kecil selama 20 menit.
  8. Jika akan dibotolkan, ke dalam susu kedelai dapat ditambahkan CMC sebanyak 100 ppm (100 mg CMC ditambahkan ke dalam 1 l susu kedelai). Susu kedelai sebaiknya dalam suhu dingin sekitar 5oC (suhu lemari es).

Di samping bentuk cair, susu kedelai dapat juga dibuat dalam bentuk bubuk yang umumnya dilakukan dengan cara pengeringan semprot (spray drying). Untuk membuat susu kedelai bubuk, mula-mula kacang kedelai yang telah disortasi dan dicuci, direndam dalam larutan NaOH 0,05% selama 8 jam dengan jumlah larutan 3 kali berat kedelai kering. Setelah dikupas dan dicuci, kedelai direndam dalam larutan NaHCO3 0,15% selama 30 menit pada suhu 100oC. Kemudian dilakukan penggilingan dengan air panas, perbandingan air dan kedelai kering 8 : 1. Untuk menambah total padatan dalam susu kedelai, pada saat penggilingan ditambahkan santan kelapa sebanyak 10 - 20%.

Setelah disaring, campuran kemudian dihomogenisasi pada tekanan 3.300 psi. Kemudian dialirkan ke dalam pengering semprot yang telah diset dengan kondisi: tekanan 4,5 - 5,0 bar, suhu udara 170 - 185oC dan suhu udara keluar 80 - 95oC.

Yoghurt kedelai
Seperti halnya susu sapi, susu kedelai juga dapat dibuat menjadi susu asam. Kalau susu asam yang dibuat dari susu sapi disebut yoghurt, maka susu asam dari susu kedelai dinamakan soyghurt.

Proses pembuatan soyghurt dan kultur (biakan murni) starter yang digunakan pada dasarnya sama seperti pada pembuatan yoghurt. Tetapi, proses fermentasi pada pembuatan soyghurt mempunyai kesulitan. Karena, jenis karbohidrat yang terdapat pada susu kedelai berbeda dengan karbohidrat susu sapi. Karbohidrat susu kedelai terdiri atas golongan oligosakarida yang tidak dapat digunakan sebagai sumber energi maupun sumber karbon oleh kultur starter. Hasil penelitian menunjukkan, bila susu kedelai langsung dinokulasi (ditambah) dengan starter dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 45oC tidak menghasilkan perubahan, baik pH maupun kekentalannya. Dengan kata lain, tidak terbentuk yoghurt kedelai.

Karena itu supaya fermentasi berhasil, susu kedelai terlebih dulu ditambah sumber gula sebelum diinokulasi. Hasil percobaan menunjukkan, soyghurt dapat dibuat dengan hasil baik bila kadar protein susu kedelai berada antara 3,6 - 4,5%, dan dengan penambahan sumber gula sebanyak 4 - 5%. Sumber gula yang ditambah di antaranya sukrosa (gula pasir), glukosa, laktosa, fruktosa, atau susu bubuk skim.

Yang pertama kali harus disiapkan dalam pembuatan soyghurt adalah bibit bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus, serta susu kedelai yang baru. Ada dua cara mendapatkan starter soyghurt, yaitu dari yoghurt yang belum dipasteurisasi dan dari bibit (biakan) murni. Perlu diketahui, ada dua macam yoghurt yang dijual di pasar, yoghurt dengan mikroba masih hidup dan yang sudah dipasteurisasi atau mirkobanya sudah dimatikan. Ukuran 1,5 sendok teh yoghurt cukup untuk fermentasi tiga gelas susu.

Pada pembuatan soyghurt, mula-mula susu kedelai dipasteurisasi, dengan merebusnya pada suhu antara 80 - 90oC selama 30 menit. Kemudian ditambahkan gula sebanyak 4 - 5%. Gelatin juga sering ditambahkan (tidak mutlak) sebanyak 0,5 - 1,5% untuk menjaga agar soyghurt yang dihasilkan stabil dan baik teksturnya. Untuk menambah aroma, dapat pula ditambahkan panili, orange, strawberi, atau lemon.

Hasil campuran ini didinginkan sampai 43oC, baru dinokulasikan starter campuran dengan perbandingan yang sama antara L. bulgaricus dengan S. thermophilus, sebanyak 5% dari volume susu kedelai. Lalu diinkubasi suhu 45oC selama 3 jam, atau pada suhu ruang selama 12 jam, yang hasil akhirnya merupakan soyghurt. Untuk bisa bertahan lama soyghurt disimpan pada suhu dingin atau dipanaskan pada suhu 65oC. (Sutrisno Koswara, staf pengajar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB)


TABEL KOMPOSISI SUSU KEDELAI CAIR DAN SUSU SAPI
TIAP 100 G

KOMPONEN SUSU KEDELAI SUSU SAPI
Kalori (Kkal) 41,00 61,00
Protein (g) 3,50 3,20
Lemak (g) 2,50 3,50
Karbohidrat (g) 5,00 4,30
Kalsium (mg) 50,00 143,00
Fosfor (g) 45,00 60,00
Besi (g) 0,70 1,70
Vitamin A (SI) 200,00 130,00
Vitamin B1 (tiamin)(mg) 0,08 0,03
Vitamin C (mg) 2,00 1,00
Air (g) 87,00 88,33

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI

Verbascum thapsus

Kingdom: Plantae (plants)
Subkingdom: Tracheobionta (vascular plants)
Superdivision: Spermatophyta (seed plants)
Division: Magnoliophyta (flowering plants)
Class: Magnoliopsida (dicotyledons)
Subclass: Asteridae
Order: Scrophulariales
Family: Scrophulariaceae (Figwort family)
Genus: Verbascum (mullein)
Species: Verbascum thapsus
Common Mullein

first year: summer

This Eurasian immigrant is a common biennial herb which produces a basal rosette of large, stalked, thick, fuzzy, oval leaves in the first year. These leaves often survive through the winter, under the snow. In the second year, mullein sends up a stoutly erect, sometimes branched, flower stalk, up to eight feet tall, which is also fuzzy, and has smaller, fuzzy, oval, unstalked, alternate leaves.

The flower stalk makes this one of the plants I can still identify at 70 miles per hour, and often do, since roadsides are one of its favorite places. I also regularly find it in old fields, disturbed areas, vacant lots, wood edges, and in the middle of trails. It prefers alkaline soils with good drainage, likes full sun, and doesn't mind poor soil.

second year: summer second year: late summer

The yellow, unstalked, flowers appear in densely packed spikes, and bloom pretty much at random, a few at a time, from spring until fall. The flowers are small, an inch or less across, and cup-shaped, with five petals (fused at their bases), five stamens, and one pistil. The flowers are fragrant and taste sweet, the leaves are not fragrant and taste slightly bitter.

However, the fresh or dried leaves do make a pleasant, soothing, mucilaginous tea (assuming you strain all the little hairs out). This tea can be consumed as a regular beverage, and it's good for you, providing vitamins B2, B5, B12, and D, choline, hesperidin, para amino benzoic acid, magnesium, and sulfur, but mullein tea is primarily valued as an effective treatment for coughs and lung disorders.

Medicinally, it is expectorant, anti-inflammatory, antibiotic, astringent, and demulcent (which means soothing). It is especially soothing (and is a good tonic for) the lungs, mucous membranes, and glands. An alternative method, used in American Indian medicine and elsewhere, is to dry the leaves and smoke them, either alone or blended with other herbs (such as coltsfoot or jimsonweed), to treat asthma, bronchitis or other lung problems. This may actually work, but as I haven't tried it, I'll only vouch for the tea, which really does seem to help and may be somewhat sedative as well.

second year: late summer second year: late summer

Mullein also contains coumarin and rotenone, a natural insecticide and fish poison, which is supposed to be non-toxic to mammals. It's important to use caution with medicinal or edible plants until you're familiar with their effects on your system. Start small, pay attention, and remember that all things are best in moderation.

The leaves are a rubefacient, which means that if you rub them against your skin it will become red and irritated, which is something to remember when you're in the woods looking for toilet paper substitutes. It also means that when you've been handling it, your hands get a warm, fuzzy feeling. Some people have used this property to their supposed advantage as a natural sort of makeup, which is how mullein acquired the name 'Quaker rouge'.

A tea made from the flowers reportedly has strongly soothing, sedative, properties. The flowers are used medicinally in the treatment of migraines and as a local antibiotic and bactericide.

The flowers make a bright yellow dye, which can be used to dye hair or cloth. The addition of sulfuric acid will produce a color-fast green. If you then add an alkali, to raise the Ph, the dye becomes brown.

Through the summer and early fall, the flowers fade, and the fruits appear. These fruits are hard, woody, capsules with five divisions, which open on one end when mature. After the fruits have matured, the plant dies, but the dry, brown, flower stalk persists through the winter, standing out against the snow. At this stage, if you soak the flower heads in tallow or something similar, it's supposed to make a good torch. The leaves, dried and rolled, have been used as lamp wicks. It's also helpful both as tinder for starting your campfire and as a quick burning fuel. If you're still not warm enough, the leaves also make pretty good insulation when placed inside shoes or clothing. From these uses, mullein is also called torches, candlewick plant, and beggar's blanket.

seeds

Mullein seeds, which are tiny, are reported to be toxic and have been used as a narcotic to stun fish.

Animals won't eat mullein, because all those little hairs irritate their mucous membranes, but insects don't mind them. If you're trying to grow it, watch for weevils and slugs. Mullein also attracts a wide variety of pollinators, including bees, flies, and butterflies.

Mullein is easily controlled by weeding, though I don't know why you'd want to except in wilderness and natural areas, where it's often considered an invasive species.

Selected References

National Audubon Society Field Guide to North American Wildflowers, Niering and Olmstead
Peterson Field Guides Eastern/Central Medicinal Plants, Steven Foster and James A. Duke
Peterson Field Guides Edible Wild Plants, Lee Allen Peterson
Stalking the Healthful Herbs, Euell Gibbons
Identifying and Harvesting Edible and Medicinal Plants, Steve Brill
Tom Brown's Guide to Wild Edible and Medicinal Plants, Tom Brown, Jr.
A Modern Herbal, Volume II, Mrs. M. Grieve
Weeds, Alexander C Martin

Kelahiran manusia kloning diragukan

Sumber: Kompas, 29 Desember 2002

ENAM tahun setelah kelahiran domba Dolly, di tengah perdebatan boleh tidaknya kloning dilakukan, Clonaid-sebuah perusahaan kloning berbasis di Bahama- mengklaim keberhasilannya mengkloning manusia.
Dalam konferensi pers hari Jumat (27/12) di Hollywood, Florida, Direktur Ilmu Pengetahuan Clonaid Brigitte Boisselier menyatakan, bayi hasil kloning itu lahir lewat operasi caesar pukul 11.55 hari Kamis lalu di tempat yang dirahasiakan.

Bayi berberat sekitar 3.500 gram berjenis kelamin perempuan yang diberi sebutan Eve itu, kini dalam kondisi sehat. Bayi itu merupakan kloning dari seorang wanita Amerika Serikat (AS) berusia 31 tahun yang pasangannya infertil.

Para ilmuwan bersikap skeptis mengenai klaim itu. Termasuk Dr Robert Lanza, Kepala Pengembangan Medis dan Ilmu Pengetahuan Advanced Cell Technologies, perusahaan riset genetik yang akhir tahun lalu mengumumkan keberhasilannya melakukan kloning terapeutik.

Menurut Lanza, Clonaid sama sekali tidak mempunyai track record di bidang kloning dan belum pernah mempublikasi satu pun makalah mengenai kloning.

Komentar serupa datang dari Dr Panos Zavos, ilmuwan yang juga berupaya mengkloning manusia. "Boisselier gagal membuktikan klaimnya. Tidak ada kejadian, tidak ada bukti maupun pertanda, yang ada hanya omongan," ucapnya pedas.

Sejauh ini Zavos, mantan guru besar Universitas Kentucky, baru berhasil membuat embrio manusia. Menurut Zavos, saat ini tak kurang dari lima kelompok ilmuwan di seluruh dunia berusaha keras mengkloning manusia.

Ahli fertilitas dari Italia, Dr Severino Antinori, yang awal Desember lalu mengumumkan bayi hasil kloningnya akan lahir bulan Januari tahun depan juga berpendapat, pengumuman Clonaid tidak didukung bukti kuat, sehingga berpotensi membingungkan masyarakat.

Tekad mengkloning manusia pernah ditegaskan Boisselier, Zavos, dan Antinori awal Agustus 2001 dalam simposium yang diselenggarakan National Academy of Sciences di Washington, AS.

***

DALAM konferensi pers itu Clonaid memang hanya mengumumkan secara verbal, tanpa menunjukkan bukti berupa foto bayi, nama orangtua, ataupun keberadaan mereka.

Clonaid juga mengklaim empat pasangan lain sedang menanti kelahiran bayi kloning Februari mendatang. Sebelumnya ada 10 pasangan yang berhasil hamil, namun lima pasangan lain keguguran. Saat ini ada 20 perempuan anggota Raelian menunggu giliran untuk implantasi embrio hasil kloning.

Dalam upaya membuktikan klaimnya, Boisselier meminta bantuan Michael Guillen, seorang wartawan freelance, mantan editor sains ABC News yang merupakan ahli matematika dari Universitas Harvard.

Menurut Guillen, ia telah memilih seorang ahli untuk mengambil contoh DNA dari bayi dan ibunya. Contoh DNA itu akan diperiksa oleh dua laboratorium independen kelas dunia. Sejumlah ahli lain akan meneliti kecocokan dari hasil tes contoh DNA itu. Guillen menjanjikan hasilnya bisa didapat satu minggu sampai 10 hari mendatang.

Pemeriksaan DNA dilakukan karena kloning dibuat dengan cara menyisipkan inti sel orang dewasa, misalnya sel kulit, ke sel telur donor yang telah dibuang inti selnya. Sel telur yang telah disisipi inti sel itu kemudian distimulasi agar berkembang menjadi embrio. Selanjutnya embrio dimasukkan ke rahim perempuan agar berkembang menjadi janin.

Jika inti sel dan sel telur berasal dari satu orang kecocokan DNA akan 100 persen. Sedang jika dari orang berlainan, kecocokan DNA dengan pemilik inti sel sekitar 90 persen.

Hal lain yang menyebabkan keraguan para ilmuwan terhadap klaim Clonaid, meski banyak binatang telah dikloning, sejauh ini belum ada yang berhasil mengkloning simpanse atau primata lain yang mirip manusia.

Untuk menggambarkan tingkat kesulitannya, menurut ahli kloning dari Universitas Missouri Dr Randall Prather, keberhasilan kloning pada binatang hanya berkisar satu sampai lima persen.

***

SELAIN sikap skeptis dan sinis para ilmuwan, pengumuman Clonaid juga mengundang cercaan dari kelompok agama dan Gedung Putih.

"Kloning manusia merupakan penyimpangan. Hal itu tidak menghormati kehidupan dan harus dicegah," ujar Ketua Koalisi Kristen Amerika Roberta Combs.

Juru bicara Gedung Putih Claire Buchan menyatakan, Presiden Bush sebagaimana sebagian besar penduduk Amerika berpendapat bahwa kloning manusia bisa menimbulkan kekacauan. Karenanya Bush mendukung undang-undang yang melarang kloning manusia.

Meski kloning terhadap binatang terus dikembangkan oleh para peneliti di pelbagai pusat dunia, tidak banyak ilmuwan yang setuju upaya kloning manusia. Pasalnya, sejauh ini kloning terhadap binatang masih banyak masalah. Binatang hasil kloning kebanyakan mati tak lama setelah dilahirkan dengan pelbagai masalah medis, seperti cacat pada paru maupun sistem kekebalan tubuh.

Domba Dolly pun yang berhasil hidup relatif lama dan diklon ulang tak lepas dari gangguan kesehatan antara lain arthritis.

Clonaid yang berdiri tahun 1997 dimiliki oleh sekte Raelian. Sekte keagamaan itu dipimpin mantan wartawan Perancis Claude Vorilhon yang mentahbiskan dirinya sebagai nabi bernama Rael dan berkeyakinan dirinya merupakan keturunan makhluk luar angkasa yang menciptakan kehidupan manusia di Bumi lewat rekayasa genetika.

Rael sesumbar, kloning hanya merupakan langkah awal yang tidak begitu penting. Tujuan utamanya adalah memberikan keabadian hidup manusia lewat kloning. Yaitu, mengembangkan manusia hasil kloning tempat manusia bisa mentransfer otaknya.

Dengan latar belakang Clonaid dan pendirinya, boleh jadi keraguan atas kelahiran manusia kloning memang beralasan. Namun, waktu jualah yang akan membuktikan, setidaknya 10 hari mendatang.

GA Optimalkan Koneksi Sel Syaraf Bayi

Surabaya (ANTARA News) - Seorang peneliti fungsi "gangliosida" (GA) asal "The University of Aukland", Selandia Baru, Dr Steven Charles Hodgkinson mengemukakan bahwa GA dibutuhkan untuk mengoptimalkan koneksi sel-sel syaraf bayi.

"Pada saat dilahirkan, bayi memiliki potensi yang sama dengan jumlah sel otak mencapai 100 miliar. Namun sel-sel itu belum terhubung dengan sempurna," katanya pada Kongres Nasional III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (BGKAI) di Surabaya, Sabtu.

Pada simposium yang diikuti dokter anak yang berlangsung dari 6 hingga 8 Desember 2007 itu, dia mengemukakan bahwa koneksi sel-sel syaraf yang semakin kuat akan membuat kemampuan bayi untuk belajar dan mengingat akan semakin baik.

"Untuk mengoptimalkan koneksi sel syaraf itu diperlukan dua faktor penting, yaitu stimulasi dari lingkungan dan juga input dari nutrisi khusus otak," katanya mengungkapkan.

Otak yang sedang berkembang, dapat dianalogkan seperti jalan tol yang terus berubah dan berevolusi seiring dengan pemakaian. Jalan yang jarang dilalui mungkin akan ditinggalkan atau ditutup.

"Sementara jalan yang ramai makin diperluas dan rute-rute baru akan ditambah. Otak mengalami masa konstruksi semenjak janin hingga dekade pertama masa kanak-kanak. Selama masa konstruksi ini lebih banyak sel-sel syaraf yang dibentuk yang dipakai," katanya.

Ia menjelaskan, proses konstruksi itu sangat dipengaruhi oleh pangalaman sang anak dan juga asupan nutrisi. Hasil akhir dari konstruksi ini adalah "peta otak" yang saling terjalin yang tersebar dalam beberapa dearah.

"GA terdapat dalam ASI dan juga dalam lemak susu atau lipida kompleks. GA dipastikan memiliki peranan penting sebagai penghubung sel-sel otak. Jumlah hubungan otak itu menjadi dasar untuk memori pada manusia," katanya menambahkan.

Menyadari hal itu, Fonterra Brands Indonesia akhir Desember 2007 ini akan meluncurkan Anmum Essential, yakni susu formula pertumbuhan untuk anak usia satu hingga lima tahun yang mengandung nutrisi khusus GA.

"Dalam produk kami, selain mengandung GA yang diperlukan untuk koneksi antarsel syaraf, juga mengandung AA dan DHA untuk kecerdasan anak," kata Branad Manager Anmum, Fika Darana kepada wartawan.

Ia mengemukakan, pihaknya yakin bahwa ASI adalah asupan terbaik bagi bayi. Karena itu, pihaknya mendukung pemberian ASI sebagai makanan alami yang tidak tertandingi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.

"Namun, jika seorang ibu tidak dapat menyusi, disarankan untuk memberikan alternatif yang direkomendasikan seperti susu formula bayi," katanya.(*)

Copyright © 2008 ANTARA

sumber: http://www.antara.co.id/arc/2007/12/8/ga-optimalkan-koneksi-sel-syaraf-bayi/